Rabu, 07 November 2007

CUKUP 15 MENIT BENTUK GELANG CANTIK


KLIK - Detail Ingin cari perhiasan dari batu mulia? Datang saja ke Pusat Bursa Batu Aji dan Batu Permata di Pasar Rawa Bening (PRB), Jakarta Timur. Di pasar yang tak jauh dari Stasiun Jatinegara ini, Anda bisa memesan bentuk perhiasan sesuai selera. Bawa model sendiri pun, para pengusaha dan perajin di sana bisa mengerjakan pesanan Anda. Mau batu asli atau sintetis juga tersedia, mulai dari harga ribuan sampai jutaan.

Nama batu-batu yang jumlahnya mencapai ribuan jenis ini memiliki bermacam sebutan. Antara lain, Arizona Stabilized Turq, Dyed Lapis, Malachite, Tigereye, Pendot, Citrine, Rock Crystal, Red Tigereye, Black Onix, Snowflake, juga Leopard Skin. Dibanding batu lokal, batu impor mendominasi dagangan meraka. "Misalnya saja zamrud diimpor dari Kolombia dan Rusia, ruby atau yang biasa disebut mirah dari Burma (Myanmar) dan Thailand, serta safir dari Srilangka," ujar Mohamad Siddik (50) yang sudah 30 tahun menekuni usaha dunia batu mulia ini.

Siddik mengisahkan Pasar Rawa Bening ini memang dikhususkan untuk pedagang dan perajin batu mulia. Dan tempat ini, lanjut Siddik menjadi aset berharga bagi Pemda DKI. "Tempat ini sudah dijadikan tujuan wisata, untuk memperkenalkan batu-batu khas Indonesia kepada turis asing. Salah satu cara Dinas Pariswisata DKI mempromosikannya adalah dengan membuat brosur yang disebar di kedutaan-kedutaan besar," jelas Siddik.

KLIK - Detail Upaya ini menurut Siddik cukup membuahkan hasil. Banyak turis asing yang datang. Sayang, krismon dan tragedi bom Bali yang menghentak dunia membuat kedatangan turis asing jadi surut. "Pedagang-pedagang pun terkena imbasnya. Omzet kami menurun drastis. Meski sekarang situasi sudah membaik, pendapatan kami tetap belum ada setengahnya," lanjut pria asal Banjarmasin ini.

HARI LIBUR OMZET MENINGKAT
Pengetahuan Siddik tentang batu mulia sudah ia dapat sejak kecil. Pasalnya, kakek dan orang tuanya juga jadi pedagang batu mulia di Banjarmasin. "Usaha ini sudah turun-temurun di keluarga. Saya pun tahu soal batu mulia dari mereka. Ya, saya learning by doing. Boleh disebut saya paham karena pengalaman saja," ungkap Siddik.

Semula, Siddik hanya dagang di rumahnya di kawasan Roxy. Pelanggan yang datang ke rumahnya tahu dari mulut ke mulut. Sejak sepuluh tahun lalu, Siddik menempati kios di PRB yang diberi nama Permata Asafa. "Sebagian batu yang saya jual sudah bentuk jadi. Tapi, pembeli juga pesan, kok, sesuai selera," ujar Siddik yang menjual batu lokal dan impor. Untuk lokal misalnya saja akik dan kalimaya."

KLIK - Detail Jenis batu impor di kios Sidik antara lain ruby, safir, dan zamrud. Harga batu yang ditawarkan Siddik bervariasi sesuai kualitasnya, berkisar antara Rp 500 ribu - Rp 5 juta. "Ada juga, sih, yang di atas Rp 5 juta, tapi peminatnya enggak banyak. Nah, kualitas batu ini dilihat dari bentuk, kebersihan, dan lama batu. Untuk melengkapi dagangan, saya juga menjual batu sintetis yang harganya jauh lebih murah, yaitu di bawah Rp 500 ribu," beber Siddik yang sering membeli batu dari pedagang Pakistan. "Mereka sering datang ke sini. Tapi, secara berkala saya juga mendatangkan dari luar negeri. Misalnya saja dari Thailand dan Srilangka."

Usaha pria bertubuh tinggi besar ini cukup menjanjikan. Setelah lima tahun
dagang, usahanya terbilang maju. "Dua tahun pertama, saya baru cari langganan. Dua tahun berikutnya merawat pembeli. Nah tahun kelima baru berkembang," ujar Siddik yang omzet usahanya rata-rata Rp 50 juta per bulan. "Pembeli saya ada dua jenis, yaitu pemakai dan pedagang dari luar kota, antara lain Jambi, Medan, Palembang. Mereka menjual lagi di daerah asalnya."

KLIK - Detail Khusus pemakai, lanjut Siddik, pembelinya berimbang antara lelaki dan perempuan. Banyak di antara mereka yang datang hari Sabtu dan Minggu. " Ada yang beli batu untuk kalung, cincin, gelang, giwang. Bahkan, banyak pula yang membeli satu set. Ya, hari-hari libur memang ada peningkatan omzet. Biasanya, sih, dari Januari sampai Maret agak sepi. Setelah itu pasar sudah mulai bergerak sampai puasa. Habis Lebaran, biasanya sepi lagi," jelas Siddik yang mempunyai 1 kios.

Siddik mengungkapkan, dagang batu mulia cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan lima anaknya sampai ke bangku perguruan tinggi."Lumayanlah bisa untuk hidup," ujarnya tersenyum.

1 komentar:

mara mengatakan...

lha kok gak ada alamat serta gambar toko tokonya sih?