
Nama batu-batu yang jumlahnya mencapai ribuan jenis ini memiliki bermacam sebutan. Antara lain, Arizona Stabilized Turq, Dyed Lapis, Malachite, Tigereye, Pendot, Citrine, Rock Crystal, Red Tigereye, Black Onix, Snowflake, juga Leopard Skin. Dibanding batu lokal, batu impor mendominasi dagangan meraka. "Misalnya saja zamrud diimpor dari Kolombia dan Rusia, ruby atau yang biasa disebut mirah dari Burma (Myanmar) dan Thailand, serta safir dari Srilangka," ujar Mohamad Siddik (50) yang sudah 30 tahun menekuni usaha dunia batu mulia ini.
Siddik mengisahkan Pasar Rawa Bening ini memang dikhususkan untuk pedagang dan perajin batu mulia. Dan tempat ini, lanjut Siddik menjadi aset berharga bagi Pemda DKI. "Tempat ini sudah dijadikan tujuan wisata, untuk memperkenalkan batu-batu khas Indonesia kepada turis asing. Salah satu cara Dinas Pariswisata DKI mempromosikannya adalah dengan membuat brosur yang disebar di kedutaan-kedutaan besar," jelas Siddik.

HARI LIBUR OMZET MENINGKAT
Pengetahuan Siddik tentang batu mulia sudah ia dapat sejak kecil. Pasalnya, kakek dan orang tuanya juga jadi pedagang batu mulia di Banjarmasin. "Usaha ini sudah turun-temurun di keluarga. Saya pun tahu soal batu mulia dari mereka. Ya, saya learning by doing. Boleh disebut saya paham karena pengalaman saja," ungkap Siddik.
Semula, Siddik hanya dagang di rumahnya di kawasan Roxy. Pelanggan yang datang ke rumahnya tahu dari mulut ke mulut. Sejak sepuluh tahun lalu, Siddik menempati kios di PRB yang diberi nama Permata Asafa. "Sebagian batu yang saya jual sudah bentuk jadi. Tapi, pembeli juga pesan, kok, sesuai selera," ujar Siddik yang menjual batu lokal dan impor. Untuk lokal misalnya saja akik dan kalimaya."

Usaha pria bertubuh tinggi besar ini cukup menjanjikan. Setelah lima tahun
dagang, usahanya terbilang maju. "Dua tahun pertama, saya baru cari langganan. Dua tahun berikutnya merawat pembeli. Nah tahun kelima baru berkembang," ujar Siddik yang omzet usahanya rata-rata Rp 50 juta per bulan. "Pembeli saya ada dua jenis, yaitu pemakai dan pedagang dari luar kota, antara lain Jambi, Medan, Palembang. Mereka menjual lagi di daerah asalnya."

Siddik mengungkapkan, dagang batu mulia cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan lima anaknya sampai ke bangku perguruan tinggi."Lumayanlah bisa untuk hidup," ujarnya tersenyum.
1 komentar:
lha kok gak ada alamat serta gambar toko tokonya sih?
Posting Komentar